Sorottajam.com - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa peningkatan tajam produksi beras nasional merupakan langkah konkret menuju swasembada pangan yang berdaulat.
Tak hanya menjamin ketahanan pangan dalam negeri, lonjakan ini juga memberi dampak signifikan terhadap perekonomian nasional serta kesejahteraan petani.
“Produksi beras nasional yang terus meningkat bukan hanya prestasi angka, tapi juga fondasi ekonomi rakyat,” ujar Amran dalam pernyataan tertulis, Senin (4/8/2025).
Di bawah kepemimpinannya, Kementerian Pertanian (Kementan) mencetak rekor baru dalam hal stok beras nasional, yang mencapai 4,2 juta ton pada Juli 2025, angka tertinggi sepanjang sejarah.
Lebih mencengangkan, laporan dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memprediksi bahwa produksi beras Indonesia di musim tanam 2024/2025 akan mencapai 34,6 juta ton.
Baca Juga: PPATK Bekukan 140 Ribu Rekening Tidak Aktif, Dana Mengendap Capai Rp428 Miliar
Angka ini menempatkan Indonesia di posisi puncak produsen beras kawasan Asia Tenggara, mengungguli Thailand dan Vietnam yang selama ini dikenal sebagai raksasa beras regional. Bahkan, capaian tersebut melebihi target produksi nasional sebesar 32 juta ton untuk 2025.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) turut memperkuat capaian ini, di mana sektor pertanian tercatat menyumbang 10,52 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada triwulan pertama 2025, kontribusi tertinggi dalam sejarah pertanian Indonesia.
Menurut Amran, keberhasilan ini tak lepas dari sinergi berbagai elemen bangsa, termasuk dukungan akademisi dan masyarakat sipil. “Kita sedang menapaki jalan kemandirian pangan dengan tekad dan kerja nyata. Ini bukan nostalgia, ini visi bersama,” katanya.
Sementara itu, Rektor Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Prof Hamid Fahmi Zarkasyi, menilai keberhasilan Kementan di bawah Amran merupakan kelanjutan dari semangat swasembada pangan yang pernah tercapai di masa Orde Baru.
“Pak Amran berhasil meneruskan warisan keberhasilan pertanian di masa Presiden Soeharto. Ini memberi optimisme baru bagi kedaulatan pangan nasional,” ungkap Prof Hamid.
Baca Juga: Tolak Diatur RUU Penyiaran, TikTok Bisa Kena Sanksi hingga Pemblokiran
Ia juga menyampaikan bahwa di tengah derasnya arus industrialisasi, kebijakan pertanian yang dijalankan saat ini menjadi penyeimbang yang sangat penting agar petani tetap sejahtera dan masyarakat mendapatkan akses pangan berkualitas.
“Ini kebijakan yang penuh terobosan. Tantangannya besar, tapi dampaknya nyata. Kami dari kalangan akademisi akan terus mendukung,” pungkasnya.