Sorottajam.com - Mati suri kerap dianggap sebagai peristiwa luar biasa yang mengguncang logika. Seseorang yang telah dinyatakan meninggal dunia secara klinis, tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda kehidupan kembali.

Meski terdengar seperti kisah supranatural, dunia medis memiliki penjelasan ilmiah mengenai kondisi langka ini.

Secara medis, mati suri bukanlah kematian sejati. Dalam banyak kasus, tubuh manusia bisa berada dalam kondisi yang sangat lemah sehingga detak jantung, pernapasan, dan respons tubuh nyaris tidak terdeteksi. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti hipotermia berat, koma dalam, overdosis obat, hingga gangguan irama jantung.

Salah satu fenomena medis yang berkaitan dengan mati suri adalah Sindrom Lazarus, yaitu kembalinya denyut jantung secara spontan beberapa menit setelah prosedur resusitasi dihentikan. Meskipun jarang terjadi, fenomena ini telah dicatat dalam berbagai literatur kedokteran.

Hipotermia ekstrem juga menjadi penyebab umum yang kerap disalahartikan sebagai kematian. Dalam kondisi ini, suhu tubuh turun drastis hingga memperlambat seluruh sistem vital. Tanpa peralatan medis yang akurat, tubuh bisa tampak tidak bernyawa, padahal masih ada peluang untuk diselamatkan.

Selain itu, kasus overdosis obat tertentu seperti opioid juga bisa menyebabkan seseorang tampak meninggal, padahal fungsi vitalnya masih bisa dipulihkan dengan penanganan medis yang cepat.

Mati suri menjadi pengingat bahwa tubuh manusia memiliki mekanisme bertahan hidup yang kompleks. Kesalahan dalam mendeteksi tanda-tanda kehidupan bisa menimbulkan kesimpulan yang keliru. Oleh karena itu, penetapan kematian secara medis harus dilakukan secara hati-hati, dengan prosedur dan alat yang memadai.

Meskipun sering dikaitkan dengan hal mistis dalam kepercayaan masyarakat, mati suri sejatinya merupakan fenomena biologis yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Kematian, ternyata, tak selalu berarti akhir.